(Latar Historis dan Relevansinya dengan`Pemecahan Masalah Umat dan Kemanusiaan)
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu :
Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag
Oleh:
IMAM KHOIRUDDIN
NIM : O100140041
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH
KEANEKARAGAMAN KONSEP TENTANG HAKIKAT MANUSIA
(Latar Historis dan Relevansinya dengan`Pemecahan Masalah Umat dan Kemanusiaan)
Pendahuluan
Karena pendidikan itu secara generik merupakan proses, memanusiakan manusia, maka pemahaman yang baik tentang hakikat dan tujuan pendidikan Islam bertitik tolak dari pemahaman yang baik tentang hakikat manusia. Berbeda dari para filosof Muslim klasik yang melihat hakikat manusia pada dimensi internalnya yaitu al-nafs al-natiqah (jiwa rasional). Para filosof Muslim kontemporer melihat hakikat manusia dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dari konteks historisnya. Keanekaragaman pemahaman tentang hakikat manusia akan berimplikasi pada kemajemukan rumusan hakikat dan tujuan pendidikan
Pada bahasan makalah ini akan kami kemukakan beberapa pemahaman tentang hakikat manusia menurut beberapa filsuf Muslim kontemporer. Di antara filsuf yang akan kami kemukakan pada bahasan ini antara lain adalah Mohammad Iqbal, S.M. Naquib Al-Attas, Suhailah Hussien dan S. Hossein Nasr.
Ragam konsep tentang hakikat manusia dari empat filosof Muslim kontemporer. Moh. lqbal mendefinisikan manusia adalah yang mempunyai kehendak, S.M. Naquib Al-Attas mendefinisikan manusia merupakan makhluk yang mempunyai adab, Suhailah Hussien mendefinisikan manusia merupakan wakil Tuhan yang bersifat historis, rasional, sosial, dan pembuat makna yang aktif, dan S. Hossein Nasr mendefinisikan manusia sebagai penegak tatanan kosmos.
A. Hakikat Manusia menurut Filsuf Muslim Kontemporer
Dalam filsafat pendidikan penting untuk kita mengetahui pandangan kita terhadap manusia, alam dan takdir. Kepribadian manusia dapat didefinisikan sebagai kombinasi kehendak dari berbagai kesatuan tujuan direktif. untuk menjelaskan hal tersebut yang merupakan berbagai aspek kebutuhan pribadi manusia yang paling mendasar dapat dilihat bahwasannya Aspek kepribadian kebutuhan akan sikap biologis manusia meliputi, kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Kemudian akan mengembangkan peran sosial dalam masyarakat dengan melangsungkan pernikahan dan penyajian spesias yang baru atau mempunyai keturunan.
Dalam aspek kepribadian kebutuhan akansikap social budaya manusia akan membutuhkan pendidikan yang digunakan untuk meningkatkan taraf pendidikan dan ketrampilan serta manusia dalam social budaya membutuhkan peningkatan perekonomian yang berfungsi untuk meningkatkan taraf perekonomiannya dan menghasilkan sebuah produk.
Adapun tujuan pendidikan Al-Attas yaitu mencari pengetahuan, dalam Islam adalah untuk menanamkan adab dalam diri manusia sebagai manusia dan diri individu. Dalam Islam pendidikan adalah untuk menghasilkan orang baik, dan tidak seperti dalam kasus pendidikan Barat yaitu untuk menghasilkan warga negara yang baik.
Dengan 'baik' dalam konsep manusia yang baik adalah berarti menjadi manusia yang beradab dalam arti di sini dijelaskan meliputi kehidupan spiritual dan material manusia.
Dalam bentuk fisik (al-nafs al-hayawaniyyah) jiwa hewani. Seorang kemudian adalah 'kumpulan ganda yaitu makhluk tunggal yang memiliki dual alam dengan dua jiwa (nafsan).
Hakikat pendidikan di sini adalah pengakuan 'Pengakuan' berarti menemukan tempat yang tepat dalam kaitannya dengan apa yang diakui, dan pengakuan berarti bersamaan tindakan (‘amal) yang dihasilkan dari menemukan tempat yang tepat dalam kaitannya dengan apa yang diakui.
Pengakuan sendiri tanpa pengakuan adalah hanya arogansi. untuk itu adalah haqq dari Pengakuan untuk diakui. Ucapan sendiri tanpa pengakuan belaka kebodohan, untuk itu adalah haqq dari Pengakuan mengaktualisasikan pengakuan. Dan menjadi Batil, untuk dalam Islam tidak ada pengetahuan berharga tanpa menyertainya tindakan, atau tindakan berharga tanpa pengetahuan membimbing itu.
Pemikiran pendidikan Al Attas, secara signifikan dan mendalam dinyatakan dalam Hadith diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, di mana Noble Qurban itu sendiri digambarkan sebagai undangan Allah untuk perjamuan di bumi, di mana kita didesak untuk mengambil bagian dari itu dengan cara memperoleh pengetahuan nyata itu:
ان هذا القرأن مأديبة الله في الأرض فتعلموا من مأديبته
Pendidikan berarti tadib (تأد يب), untuk adab seperti di sini didefinisikan sudah melibatkan kedua ‘ilm dan ‘amal.
Pandangan bahwa manusia adalah makhluk sejarah termasuk pandangan bahwa mereka juga sosial, rasional dan makhluk aktif. Mereka adalah mahkluk "sosial" karena mereka mampu mengubah masyarakat melalui perubahan dalam praktek sosial mereka dan hubungan kemasyarakatan. Mereka adalah "rasional" karena kemampuan mereka untuk merefleksikan praktek sosial mereka dan hubungan kemasyarakatan, dan mereka "aktif" karena mereka dapat merekonstruksi dan mengubah praktik sosial mereka dan hubungan atas dasar refleksi rasional mereka sendiri. Dengan demikian, perubahan sosial dan perubahan individu saling terkait dan mungkin karena manusia adalah makhluk aktif yang terletak di alam dan masyarakat, di mana kedua alam dan masyarakat merupakan dunia sosial bagi makhluk yang aktif. Sebagai manusia mencoba untuk mengatasi dan membentuk lingkungan alam dan sosial mereka, dan ketika mereka mencoba untuk membangun peran yang tepat di dunia, budaya mereka akan berubah.
Menurut Syed Hussein Nasr Manusia adalah pertengahan diantara dunia materifisik dan dunia spiritual, salah satu tugas manusia adalah menegakkan tatanan kosmos. Manusia mempunyai jiwa yang mana wahana untuk Spirit atau Tuhan. Organ yang dapat digunakan manusia untuk mengetahui Tuhan yang suci adalah jiwa. Melalui jiwa manusialah Tuhan dapat memasuki ke bentuk manusia, dan dapat diteruskan ke dalam alam fisik.
Nasr menyimpulkan prinsip prinsip berkenaan dengan pandangan religius mengenai tatanan alam tersebut adalah warisan universal umat manusia. Prinsip prinsip tersebut pantas mendapatkan perhatian yang sangat serius, diantara prinsip prinsip Sacred Cosmologi yaitu :
1. Tatanan alam berhubungan dengan suatu tatanan diluar itu sendiri. Realita alam mempunyai signifikansi diluar tampilannya, ada sifat suci di dalam alam, namun istilah suci dapat dipahami, termasuk manifestasi-manifestasi formalnya dalam agama agama yang berbeda. Realita ini tidak dapat diketahui oleh ilmu pengetahuan modern, namun dapat diketahui dalam cara cara ilmiah sistematis melalui studi-studi esoteric dan intuisi.
2. Tatanan alam mempunyai tujuan, makna, dan makna ini mempunyai signifikansi moral dan spiritual untuk umat manusia.
3. Manusia dan tatanan alam adalah saling terjalin dalam dua-serangkai dengan cara sedemikian rupa sehingga takdir takdir mereka saling terkait.
4. Hukummoral-spiritual atau Ketuhanan pada manusia dan hukum-hukum alam tidaklah berbeda secara total namun saling terkait dengan erat.
5. Bumi adalah guru manusia dan manusia dapat belajar dari tatanan alam, tidak hanya secara kuantitatif namun juga secara moral, intelektual, dan spiritual.
B. Latar Historis Hakikat Manusia menurut Filsuf Muslim Kontemporer
1. Menurut M. Iqbal
Latar belakang historis pemikiran Muhammad Iqbal adalah adanya kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir yang disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Solusi terhadap permasalahan ini adalah membangkitkan kembali pemikiran dan kreativitas (umat) Islam.
Umat Islam diminta untuk kreatif dan dinamis dalam menghadapi hidup dan menciptakan perubahan perubahan dibawah tuntunan ajaran al Qur’an. Nilai nilai dasar ajaran al Qur’an harus dapat dikembangkan dan digali secara serius untuk dijadikan pedoman dalam menciptakan perubahan itu. Kuncinya adalah dengan mengadakan pendekatan rasional terhadap al Qur’an dan mendalami semangat yang terkandung di dalamnya, bukan menjadikannya sebagai buku undang-undang yang berisi kumpulan peraturan-peraturan yang mati dan kaku. Sebagai konsekuensi, ijtihad kolektif perlu digalakkan dengan mengacu kepada kepentingan masyarakat dan kemajuan umum.
2. Naquib Al Attas
Latar belakang historis pemikiran S.M. Naquib Al Attas yang mejadi dasar pemikirannya adalah berakar pada penyebab eksternal dan internal problem-problem kebudayaan Muslim kontemporer. Faktor eksternal tersebut adalah adanya tantangan religio-kultural dan sosio-politis kebudayaan dan peradaban Barat. Sedangkan faktor iternal adalah kesalahan dalam memahami ilmu dan aplikasinya, hilangnya adab dan munculnya pemimpin palsu. Yang pertama kali harus dibenahi dan sangat membantu pembenahan dua faktor lainnya adalah ‘hilangnya adab’.
Makna adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwa ilmu dan segala yang ada terdiri dari hirarki yang sesuai dengan kategori kategori dan tingkatan tingkatannya, dan bahwa seseorang itu mempunyai tempatnya masing-masing dalam kaitannya dengan realitas tersebut dan dengan kapasitas serta potensi fisik, intelektual dan spiritualnya.
Dalam konteks ilmu, adab merupakan ketertiban budi yang mengenal dan mengakui hirarki ilmu berdasarkan kriteria keluhuran/kemuliaan, seperti seseorang yang pengetahuannya berdasarkan wahyu lebih mulia/luhur dari mereka yang pengetahuannya berdasarkan akal. Adab terhadap alam dilakukan dengan meletakkan tumbuhan, batu-batuan, gunung, sungai, lembah, danau, hewan dan habitat habitatnya pada tempat-tempat yang benar.
3. Suhailah Husain
Pandangan Suhailah Hussein bermula dari ketidakpuasan dari ketidaksetaraan yang diabadikan oleh pedagogi tradisional dalam pendidikan. Pedagogi tradisional, seperti teori tradisional, membantu dalam reproduksi sosial kelas dan mempromosikan ketidaksetaraan ras dan gender melalui praktek sekolah terorganisir dan menipu. Hari ini, sekolah-sekolah umum berfungsi untuk meniru nilai-nilai yang ada dan hak istimewa dari kelas dominan, pedagogi kritis memperlihatkan bagaimana sekolah menjadi sebuah situs di mana cara cara tertentu pemahaman dan berperilaku di dunia, termasuk menerima ketidaksetaraan, sebenarnya diperkenalkan dan dilegitimasi untuk melayani kepentingan kelompok sosial tertentu. Menyadari pengetahuan yang sebenarnya secara sosial, historis, ekonomi, politik dan kultural, pedagogi kritis menetapkan untuk mengenali dan mengidentifikasi bagaimana ada kurikulum dan pendekatan untuk mengajar menyediakan siswa dengan perspektif yang cenderung meminggirkan suara tertentu dan cara hidup.
4. Syed Husain Nasr
Menurut Syed Hussein Nasr, pendidikan lingkungan khususnya dan studi-studi lingkungan pada umumnya, memikul tanggung jawab untuk memperkenalkan kembali, dimensi dimensi yang hilang pada pengetahuan agama spiritual mengenai alam raya dalam tingkat budaya dan skala global. Hal ini meliputi mendapatkan kembali etika lingkungan yang tertanam dalam pemahaman abadi mefafisik, epistemologi, dan ontologi mengenai kosmos, dan menegaskan cara cara pengetahuan non ilmiah.
Tanpa penemuan kembali ilmu pengetahuan yang suci mengenai tatanan alam ini, eksposisi dalam media kontemporer dan perumusan hubungan antara pengetahuan tatanan alam semacam itu dengan etika-etikanya, maka tidak diragukan bahwa sisa-sisa tatanan dalam dunia alamiah dan dunia manusia akan berubah menjadi kekacauan yang dapat menghancurkan semua kehidupan manusia di bumi. Pemahaman religi mengenai alam adalah sangat dibutuhkan dalam proyek keberlangsungan global. Selain itu, tatanan alam yang relijius akhirnya mempunyai tempat dalam pendidikan lingkungan, dan bahwa tugas bagi pendidikan lingkungan adalah mendapatkan kembali kosmologi suci.
Nasr memperingatkan mengenai situasi berbahaya global yang akan terjadi pada kita, berdasarkan pada analisisnya mengenai kondisi manusia dalam era modern ini, yaitu hilangnya dimensi dimensi agama spiritual dalam kehidupan budaya dan individual, termasuk pemahaman terhadap alam sebagai kekuatan kekuatan hebat yang mengatur hubungan manusia dan alam.
Tag :
study
0 Komentar untuk "TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH KEANEKARAGAMAN KONSEP TENTANG HAKIKAT MANUSIA"