[DOC] PLASMOLISIS BIJI KEDELAI DALAM LARUTAN HIPERTONIK BEDA KONSENTRASI

PLASMOLISIS BIJI KEDELAI DALAM LARUTAN HIPERTONIK BEDA KONSENTRASI

Risqi Irvani Wulandari*

*) K4315053 / Pendidikan Biologi



Abstract: Percobaan ini bertujuan untuk mengamati perubahan kulit biji kedelai dalam larutan Hipertonik beda konsentrasi. Percobaan menggunakan faktor perbedaan konsentrasi berupa presentase larutan NaCl (25%, 40%, dan 55%). Parameter yang diamati dalam percobaan ini adalah perubahan kulit biji kedelai selama 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit, dan 60 menit.  Percobaan dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl, semakin cepat waktu pecahnya kulit biji pada kedelai. Konsentrasi larutan NaCl yang paling cepat menyebabkan pecahnya kulit biji adalah konsentrasi 55%.

Keywords: Plasmolisis, Konsentrasi NaCl, Kulit Biji, Biji Kedelai

1. PENDAHULUAN

Dasar teori
Plasmolisis adalah peristiwa mengerutnya sitoplasma dan terlepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukan kedalam larutan hipertonik (Rahmasari & Susanto, 2014). Peristiwa plasmolisis disebabkan gerakan osmotik dari air melalui dinding sel ke arah larutan yang berkonsentrasi kadar garam tinggi (Aminah, Rosmayati, & Siregar, 2013). Plasmolisis menyebabkan membran sel menjadi tidak berfungsi, karena membran sel tidak dapat menyerap ion-ion di dalam larutan secara selektif sehingga jaringan tidak dapat bertahan hidup (Roostika, Wati, & Efendi, 2015).

Selama plasmolisis, membran plasma dipisahkan dari dinding sel. Bahan kimia khusus seperti garam kalium menyebabkan pembengkakan sitoplasma sehingga memungkinkan pembedaan antara tonoplast dan membran plasma (Lang, Sassmann, Schmidt, & Komis, 2014).

Garam mempunyai sifat karakteristik hidroskopis yang berarti mudah menyerap air, dengan tingkat kepadatan sebesar 0,8 – 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801oC (Herman & Joetra, 2015). Garam Nacl merupakan larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi cairan di dalam sel. Konsentrasi NaCl yang tinggi meningkatkan kadar Na+ di dalam sel, sehingga air dalam sel bergerak keluar menuju larutan (Bariyyah, 2015). Sel yang dimasukkan dalam larutan yang berkadar garam tinggi akan menyebabkan sel menjadi mengerut, pengerutan sel dikarenakan gerakan osmotik dari air melalui dinding sel ke arah larutan yang berkonsentrasi kadar garam tinggi (Aminah et al., 2013). Proses perendaman sel menyebabkan pemecahan dinding sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel (Nurdiansyah & Redha, 2011).

Percobaan plasmolisis dapat dilakukan dengan menggunakan biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan garam NaCl. Kedelai (Glycine max) merupakan salah satu biji yang memiliki kadar air yang kurang dari 10 %. Biji kedelai kuning mempunyai kadar air 9% (Purwanti, 2004).

Rumusan Masalah
Apakah terjadi perubahan pada kulit biji kedelai dalam larutan Hipertonik beda konsentrasi?

Tujuan
Mengamati perubahan kulit biji kedelai dalam larutan Hipertonik beda konsentrasi.

Hipotesis
Kulit biji kedelai pecah karena mengalami plasmolisis dalam larutan Hipertonik beda konsentrasi.

2. BAHAN DAN METODE

Percobaan dilakukan di laboratorium KKC gedung D FKIP UNS pada hari Kamis tanggal 21 September 2017.

Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum berupa 9 biji kedelai dan 120 gr garam NaCl (untuk konsentrasi 25%, 40%, dan 55%), 300 mL aquades (100 mL untuk melarutkan NaCl 25%, 100 mL untuk melarutkan NaCl 40%, dan 100 mL untuk melarutkan NaCl 55%).

Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum berupa gelas beker sebanyak 3 buah yang berfungsi sebagai tempat untuk melarutkan Nacl, pengaduk untuk menghomogenkan larutan Nacl, gelas ukur untuk mengukur volume aquades dan larutan yang digunakan, gelas cup sebanyak 9 buah sebagai tempat larutan garam dengan presentase yang berbeda-beda dan biji yang diamati, dan neraca digunakan untuk menimbang bahan yang digunakan untuk menimbang jumlah Nacl sesuai yang dibutuhkan.

Langkah kerja dalam praktikum yaitu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Melabeli gelas cup dengan kode 25% sejumlah 3 cup (1), (2), (3), kode 40% sejumlah 3 cup (1), (2), (3), serta kode 55% juga sejumlah 3 cup (1), (2), (3).

Larutan NaCl 25% diperoleh dengan mencampurkan 25 gram NaCl ke dalam 100 mL aquades. Larutan NaCl 40% diperoleh dengan mencampurkan 40 gram NaCl ke dalam 100 mL aquades. Larutan NaCl 55% dibuat dengan mencampurkan 55 gram NaCl ke dalam 100 mL aquades. Mengukur masing-masing larutan NaCl sebanyak 30 mL menggunakan gelas ukur, kemudian menuangkan ke dalam gelas cup yang telah dilabeli sesuai dengan konsentrasi larutan Nacl. Larutan NaCl 25% dituangkan pada gelas cup kode 25% sejumlah 3 gelas cup masing-masing 30 mL, begitu pula dengan larutan garam konsentrasi 40% dan 55% sehingga sampai diperoleh 9 gelas cup. Memasukkan biji kedelai pada masing-masing gelas beker sebanyak 1 biji dan mengamati perubahan pada kulit biji. Mencatat data yang diperoleh pada tabel pengamatan.

Pengamatan pada percobaan ini dilakukan dengan cara mengamati keadaan kulit biji setiap 10 menit sekali sebanyak 6 kali pengamatan, sehingga total waktu pengamatan adalah selama 60 menit.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan ini menggambarkan proses peristiwa plasmolisis dengan menggunakan biji kedelai yang dimasukkan pada larutan garam NaCl dalam berbagai presentase, yaitu larutan NaCl 25%, larutan NaCl 40%, dan larutan NaCl 55%. Percobaan menggunakan garam NaCl karena konsentrasi NaCl yang tinggi meningkatkan kadar Na+ di dalam sel, sehingga air dalam sel bergerak keluar menuju larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, akibatnya terjadi peritiwa plasmolisis (Bariyyah, 2015).

Larutan NaCl digunakan untuk meningkatkan tekanan osmotic sehingga menyebabkan sel kehilangan air semakin cepat.

Plasmolisis pada umumnya adalah penurunan reversibel volume protoplasma sel tanaman yang disebabkan oleh aliran air ke gradien yang lebih tinggi saat sel terkena konsentrasi zat terlarut yang hiperosmotik (Cheng, Lang, Adeniji, & Griffing, 2017).

Hasil Pengamatan Peristiwa Plasmolisis pada Biji Kedelai (Glycine max) yang di Masukkan dalam Larutan NaCl 25%, 40%, dan 55%

Hasil pengamatan peristiwa plasmolisis biji kedelai yang di masukkan dalam larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi (25%, 40%, dan 55%) yang diamati setiap 10 menit sekali sebanyak 6 kali adalah sebagai berikut.


Tabel 1. Perubahan Kulit Biji Kedelai dalam Larutan NaCl Konsentrasi 25%, 40%, dan 55%
Keterangan :
Pecah
X Tidak Pecah


Tabel 1 menunjukkan peristiwa plasmolisis yang terjadi pada biji kedelai (Glycine max) yang direndam dalam larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi (25%, 40%, dan 55%). Biji kedelai yang di masukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 25%, 40%, dan 55% baik pada pengulangan pertama sampai pengulangan ketiga, pada pengamatan 10 menit pertama dan 10 menit kedua (20 menit) seluruh biji belum menunjukkan adanya kulit biji yang  pecah.

Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 25% pada pengamatan 10 menit ketiga (30 menit) baik pada pengulangan pertama sampai pengulangan ketiga juga belum memperlihatkan pecahnya kulit biji.

Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 40% pada pengulangan pertama dan ketiga pengamatan 10 menit ketiga (30 menit) belum menunjukkan adanya kulit biji yang pecah, sedangkan pada pengulangan yang kedua kulit biji kedelai sudah mulai pecah.

Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 55% pada pengamatan 10 menit ketiga (30 menit) pada pengulangan pertama dan ketiga kulit biji kedelai sudah pecah, hanya pengulangan kedua saja yang kulit bijinya belum pecah.
Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 25% pada pengamatan 10 menit keempat (40 menit) hasilnya masih sama dengan 10 menit ketiga yaitu hanya pengulangan kedua yang kulit bijinya sudah pecah.

Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 40% pada pengamatan 10 menit keempat (40 menit) pada pengulangan pertama kulit biji sudah pecah, sedangkan pengulangan kedua kulit bijinya sudah pecah pada pengamatan 10 menit ketiga tadi. Pengulangan ketiga masih belum menunjukkan pecahnya kulit biji.

Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 55% pada pengamatan 10 menit keempat (40 menit) hasilnya masih sama dengan 10 menit ketiga yaitu hanya pengulangan kedua yang belum pecah kulit bijinya.

Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 25%, 40%, dan 55% pada pengamatan 10 menit kelima (50 menit) hampir secara keseluruhan kulit biji kedelai sudah pecah, hanya dua biji kedelai yang belum pecah kulitnya yaitu biji kedelai dalam larutan NaCl konsentrasi 25% pengulangan pertama dan ketiga.

Biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 25%, 40%, dan 55% pada pengamatan 10 menit terakhir (60 menit) baik pada pengulangan pertama sampai pengulangan ketiga untuk setiap konsentrasi semua kulit biji telah pecah.




Gambar 1. Proses plasmolisis biji kedelai dalam larutan NaCl konsentrasi 25%, 40%, 55%
Peristiwa pecahnya kulit biji tersebut  diduga disebabkan adanya akumulasi ion Na+ dan Cl- yang berlebihan di dalam sel dan ketidakmampuan sel dalam mengatur konsentrasi ion di dalam sitoplasma sehingga terjadi palsmolisis sel yaitu keluarnya air dari sel (Bariyyah, 2015). Plasmolisis menyebabkan terlepasnya membran dari dinding sel (Lang et al., 2014), sehingga dapat diindikasikan dengan pecahnya kulit biji pada percobaan plasmolisis biji kedelai.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl yang digunakan maka semakin cepat pula waktu plasmolisis. Hal ini dibuktikan dengan waktu pecahnya kulit biji yang paling cepat terdapat pada biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 40% dan 55% pada pengamatan 10 menit ketiga (30 menit). Sedangkan pada biji kedelai yang dimasukkan dalam larutan NaCl konsentrasi 25%, sampai pengamatan 10 menit ketiga (30 menit) kulit biji belum ada yang pecah baik pada pengulangan pertama, kedua maupun ketiga.

Pada tanaman jika semakin tinggi tingkat salinitas dalam media tumbuhnya, maka semakin terhambat pertumbuhan tanaman tersebut. Cekaman salinitas menyebabkan jumlah air pada tanaman semakin berkurang (Aminah et al., 2013).

4. SIMPULAN
Berdasarkan percobaan Peristiwa plasmolisis Kulit Biji Kedelai dalam Larutan NaCl Konsentrasi 25%, 40%, dan 55% diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl semakin cepat terjadinya peristiwa plasmolisis. Konsentrasi larutan NaCl yang paling cepat menyebabkan peristiwa plasmolisis adalah konsentrasi 55%.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Tuhan YME, kedua orang tua, dosen pembimbing, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses percobaan dan pembuatan paper ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S., Rosmayati, & Siregar, L. A. M. (2013). Seleksi Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Generasi F3 pada Tanah Salin. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(3), 40–50.
Bariyyah, K. (2015). Pengaruh NaCl Terhadap Kalus Tebu Varietas Bululawang. Jurnal Agroekotek, 7(3), 1–5.
Cheng, X., Lang, I., Adeniji, O. S., & Griffing, L. (2017). Plasmolysis-deplasmolysis causes changes in endoplasmic reticulum form, movement, flow, and cytoskeletal association. Journal of Experimental Botany, 68(15), 4075–4087. https://doi.org/10.1093/jxb/erx243
Herman, & Joetra, W. (2015). Pengaruh Garam Dapur ( NaCl ) terhadap Kembang Susut Tanah. Jurnal Momentum, 17(1), 13–20.
Lang, I., Sassmann, S., Schmidt, B., & Komis, G. (2014). Plasmolysis: Loss of Turgor and Beyond. Plants, 3(4), 583–593. https://doi.org/10.3390/plants3040583
Nurdiansyah, & Redha, A. (2011). Efek Lama Maserasi Bubuk Kopra Terhadap Rendemen , Densitas , dan Bilangan Asam Biodiesel yang Dihasilkan dengan Metode Transesterifikasi In Situ. Jurnal Belian, 10(2), 218–224.
Purwanti, S. (2004). Study of Storage Temperature on The Quality of Black and Yellow Soybean Seed. Ilmu Pertanian, 11(1), 22–31.
Rahmasari, H., & Susanto, W. H. (2014). Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa dan Lama Osmosis. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(3), 191–197.
Roostika, I., Wati, R. P. D. L., & Efendi, D. (2015). Dehidrasi dan Pembekuan Jaringan Apeks Tebu untuk Penyimpanan Jangka Panjang. Jurnal Littri, 21(1), 25–33.

Tag : study
0 Komentar untuk "[DOC] PLASMOLISIS BIJI KEDELAI DALAM LARUTAN HIPERTONIK BEDA KONSENTRASI"

Back To Top