Makalah Telaah Kurikulum
Pendekatan dan Model Pengembangan
Kurikulum
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan kurikulum sebagai suatu
disiplin ilmu dewasa ini berkembang sangat pesat, baik secara teoritis maupun
praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata
pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang kurikulum lebih
banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti kecakapan hidup,
pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisaasi dengan
berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh
dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu
kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat
mempengaruhi dan menentukan arah dan intensitas proses pengembangan kurikulum.
Pada
saat ini masih banyak sekali masyarakat pendidikan yang belum mengerti dan
memahami pendekatan dan model-model pengembangan kurikulum.Sebagian besar hanya
pernah mendengar tetapi belum mengerti dan memahami secara jelas.Padahal
pendekatan dan model pengembangan kurikulum ini sangat mempengaruhi
pengembangan dan pembentukan suatu kurikulum.Semoga makalah ini dapat membantu
dan menambah wawasan pembaca pada umumnya dan penyusun sendiri pada khususnya.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan pengembangan kurikulum?
2. Apasaja
macam-macam pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa
yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum?
4. Apa
saja model-model dalam pengembangan kurikulum?
5. Bagaimana
analisis terhadap model-model pengembangan kurikulum?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan
pengertian pendekatan pengembangan kurikulum.
2. Menjelaskan
macam-macam pendekatan dalam pengembangan kurikulum.
3. Menjelaskanpengertian
model pengembangan kurikulum.
4. Menjelaskan
model-model dalam pengembangan kurikulum.
5. Menjelaskananalisis
terhadap model-model pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
Pengembangan Kurikulum
1.
Pengertian
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolakatau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas.
Menurut sukmadinata (2006 : 1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun
kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement). Selajutnya
beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun
seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan
sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan
pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan
dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana
dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh
guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan
pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum). Yang dimaksud pengembangan
kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung pada konteks
pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.
Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan
penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan
beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang
sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan
suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah,
makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur
kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi
kurikulum.Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk
membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah
cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti
langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang
lebih baik.
2.
Macam-macam
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Menurut Zainal Arifin (2011) dalam bukunya
Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, jika dilihat dari aspek perencanaannya
ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,
antara lain sebagai berikut:
1) Pendekatan
Kompetensi (Competency Approach)
Kompetensi adalah jalinan terpadu yang
unik antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam pola berfikir dan pola bertindak.Pendekatan kompetensi menitikberatkan
pada semua ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.Ciri-ciri pokok
pendekatan kompetensi adalah berfikir teratur dan sistematik, sasaran penilaian
lebih difokuskan pada tingkat penguasaan, dan kemampuan memperbarui diri
(regenerative capability).
Prosedur penggunaan pendekatan ini adalah
(a) menetapkan standar kompetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para lulusan
pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, (b) merinci perangkat kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh para lulusan, (c) menetapkan bentuk dan kuantitas
pengalaman belajar melalui bidang studi atau mata pelajaran dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang relevan, (d) mengembangkan silabus.
Selanjutnya, langkah-langkah pengembangan
kurikulum berdasarkan pendekatan kompetensi, yaitu mengidentifikasi kompetensi,
merumuskan tujuan pendidikan, menyusun pengalaman belajar, menetapkan topic dan
subtopic, menetapkan waktu, mengalokasikan waktu, memberi nama mata pelajaran,
dan menetapkan bobot SKS.
Dalam penilaian penguasaan kompetensi, ada
tiga hal penting yang harus diperhatikan guru, yaitu sebagai berikut :
a. Sasaran
penilaian tidak hanya terfokus pada kemampuan tertulis dan lisan saja, tetapi
juga tingkat untuk kerja (performance) pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan.
b. Kriteria
penilaian adalah persyaratan minimal pelaksanaan tugas-tugas.
c. Sasaran
utama adalah penguasaan kemampuan (exit requirements) dan bukan pada cara atau
waktu pencapaian.
Ciri pendekatan kompetensi yang tidak
kalah pentingnya adalah penjaringan dan pengelolaan informasi balikan
(feedback) secara teratur untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan
sehingga kurikulum memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri (regenerative
capability), baik tingkat lembaga maupun tingkat nasional.
2) Pendekatan
Sistem (System Approach)
Sistem adalah totalitas atau keseluruhan
komponen yang saling berfungsi, berinteraksi, dan interdepensi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Ciri-ciri sistem adalah adanya tujuan, fungsi,
komponen, interaksi dan interdepensi, penggabungan yang menimbulkan jalinan
keterpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk perbaikan, dan lingkungan.
Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori
sistem yang umum untuk memahami teori organisasi dan praktek manajemen.
Pendekatan sistem terdiri atas beberapa aspek, antara lain: (a) filsafat
sistem, yaitu sebagai cara berfikir (way of thingking) tenang fenomena secara
keseluruhan, (b) analisis sistem, yaitu metode atau teknik dalam memecahkan
masalah (problem solving) atau pengambilan keputusan (decision making), dan (c)
manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem ditengah mengelola organisasi.
Model Intructional Development Institute
(IDI) yang dikembangkan oleh University Consortium on Intructional Development
and Technology (UCIDT) memiliki langkah langkah pendekatan sistem sebagai
berikut :
a. Merumuskan
masalah, yang meliputi :
·
Menentukan masalah: analisis kebutuhan,
menentukan prioritas, merumuskan masalah.
·
Menganalisis latar: cirri peserta didik,
kondisi (hambatan), sumber-sumber.
·
Mengatur pengelolaan: analisis tugas,
tanggung jawab dan penjadwalan.
b. Mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah, yang meliputi :
·
Menentukan tujuan pembelajaran: tujuan
akhir dan tujuan antara.
·
Menentukan strategi: pendekatan metode,
media, dan sumber belajar.
·
Membuat prototipe: bahan-bahan
pembelajaran dan evaluasi.
c. Melaksanakan
evaluasi, yang meliputi :
·
Uji coba prototipe: melakukan uji coba,
mengumpulkan data, dan evaluasi.
·
Analisis hasil uji coba: tujuan
pembelajaran, metode dan teknik evaluasi.
·
Penyempurnaan langkah-langkah terdahulu:
review, menetapkan, melaksanakan.
3) Pendekatan
Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
Klarifikasi nilai adalah langkah
pengambilan keputusan tentang prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan
pertimbangan yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang
lain serta aturan yang berlaku.
Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan
pendekatan klarifikasi nilai, antara lain: (a) peran guru kurang dominan dalam
pembelajaran, (b) guru lebih sedikit member informasi dan lebih banyak
mendengarkan penjelasan dari peserta didik, (c) guru lebih sring menggunakan
metode tanya-jawab, (d) tidak banyak kritik destruktif, (e) kurang menekankan
faktor kegagalan dan lebih menerima kesalahan-kesalahan, (f) menanggapi dan
menghayati pekerjaan peserta didik, (g) merumuskan tujuan dengan jelas, (h)
dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja dan
bertanggunag jawab, (i) peserta didik bebas mengungkapkan apa yang mereka
rasakan, (j) adanya keseimbangan antara tugas kelompokmdengan tugas
perseorangan, (k) belajar bersifat individual, (l) evaluasi bukan terfokus pada
prestasi akademik, tetapi juga proses pertukaran pengalaman, dan (m) peserta
didik menemukan sistem nilainya sendiri.
Raths dalam John Jarolimek (1974)
mengemukakan langkah-langkah pendekatan klarifikasi nilai sebagai berikut :
a. Kebebasan
memilih (bagi peserta didik), yang meliputi :
·
Memilih sesuatu secara bebas menurut
kemauan, kesukaan, dan minatnya.
·
Memilih berbagai alternatif yang ada.
·
Menentukan pilihan dan pertimbanganyang
rasional sesuai dengan pikiran dan pendapat masing-masing.
b. Membina
kebanggaan (prizing), diantaranya :
·
Merasakan gembira atas ketepatan memilih.
·
Mengukuhkan pilihan sesuai dengan pendapat
pada dirinya masing-masing.
c. Melaksanakan
(acting) :
·
Melakukan percobaan atau melaksanakan
pilihan.
·
Mengulangi perbuatan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari dan menjadikannya sebagai pola kehidupan.
4) Pendekatan
Komprehensif (Comprehensive Approach)
Pendekatan
ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan.Semua
masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi secar global oleh
pengembang kurikuum. Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang
akan dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan
filsafat pendidikan, visi-visi dan tujuan pendidikan serta sasaran yang ingin
dicapai.
5) Pendekatan
yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach)
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan
ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara
khusus. Para guru diminta berbagai informasi tentang masalah-masalah,
keinginan, harapan, dan kesulitan-kesulitan yang ereka hadapi dalam mata
pelajaran, seperti perbaikan cara penampilan, penggunaan multimetode dan media
dalam pembelajaran, serta sistem penilaian.
6) Pendekatan
Terpadu
Pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan
yang memadukan keseluruhan bagian dan indicator-indikatornya dalam suatu
bingkai kurikulum untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian tersebut menggambarkan
:
a. Hasil
belajar,
b. Tahap
pengembangan kurikulum, dan
c. Program
pendidikan yang ditawarkan.
Dalam studi tentang kurikulum terdapat dua
jenis pengelompokan dalam kegiatan pendekatan kurikulum, yakni :
a. Pendekatan
Sentralisasi (Centralized Approach)
Pendekata ini disebut juga pendekatan
Top-Down, yaitu pedekatan yang menggunakan sistem komando (dari atas ke
bawah).Artinya, kurikulum dikembangkan oleh pemerintah pusat (c.q. Balitbang
Kemdiknas) dan sesuai dengan garis komando.
b. Pendekatan
Disentralisasi (Dicentralized Approach)
Pendekatan ini disebut juga pendekatan
grass-rooth, yaitu suatu sistem pendekatan yang dimulai dari akar rumput, dalam
hal ini adalah guru sebagai ujung tombak pengembang kurikulum ditingkat
sekolah, baik secara individual maupun secara kelompok.
B. Model Pengembangan Kurikulum
1.
Pengertian
Model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan
Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa
kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan
representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model
pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.Model atau konstruksi merupakan
ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal Abidin (2012: 137).
Dalam pengembangan
kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum
secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian
kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola,
contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model
pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk
kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan
suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki
atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.Nadler (1988) menjelaskan
bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk
mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya
ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek
perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh
pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu
proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan kegiatan.
2.
Model
Model Pengembangan Kurikulum
Ada beberapa model pengembangan kurikulum
yang akan dikemukan dalam bahasan ini di antaranya yaitu model Tyler; model
Zais: Admisnistratif, Grass Root Demostratif, model Beauchamp; model Hilda
Taba; dan model Seller dan Miller.
1.
Model
Tyler
Model pengembangan kurikulum Tyler mengacu
pada empat pertanyaan dasar yang harus dijawab, dimana pertanyaan tersebut
merupakan pilar-pilar bangunan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum dan
pembelajaran pada dasarnya adalah proses menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut membentuk hasil
berupa kurikulum.
Pertanyaan
pertama berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai, “What educational purposes should the school seek to attain?”.
Pertanyaan kedua, berkenaan dengan jenis pengalaman balajar apa yang harus
disediakan untuk mencapai tujuan. Dalam pengalaman belajar ini di dalamnya
sudah tercakup materiapayangharusdiberikan,“Whateducationalexperiencescanbeprovided
that are likely to attain these purposes?”. Pertanyaan ketiga, berkenaan
dengan oraganisasi kegiatan atau pengalaman belajar yang dinilai paling efektif
untuk mencapai tujuan, “How can these
educational experiences be effectively oeganized?”.Pertanyaan keempat atau
terakhir, berkenaan dengan upaya mekanisme apa yang digunakan untuk mengetahui
apakah tujuan sudah tercapai ataubelum(evaluasi),“Howcanwedeterminewetherthesepurposesarebeing attained?”.
Dengan
demikian, model pengembangan kurikulum Tyler itu ada 4 tahap yang harus
dilakukan yaitu meliputi :
1) Menentukan
tujuan
2) Menentukan
pengalaman belajar (learning experiences)
3) Mengorganisasi
pengalaman belajar
4) Evaluasi
Dalam prosesnya,
pengembangan kurikulum secara makro dengan model ini harus melibatkan berbagai
pihak seperti Perguruan Tinggi dan masyarakat yang terdiri dari para ahli;
bidang studi, kurikulum, pendidikan, psikologi dan perkembangan anak dan bidang
lainnya yang terkait.
1. MenentukanTujuan
Penetapan tujuan adalah
langkah pertama. Dalam tujuan ini harus menggambarkan arah pendidikan yang akan
dituju, jenis kemampuan apa yang harus dimiliki siswa setelah proses pendidikan.
Rumusan tujuan kurikulum
ini sangat tergantung pada teori dan filsafat pendidikan yang dianut oleh
pengembangnya, berdasarkan berbagai masukan.Dalam pandangan Tyler ada tiga
klasifikasi karakteristik tujuan kurikulum yaitu tujuan kurikulum yang menekankan
pada penguasaan konsep dan teori ilmu pengetahuan (dicipline oriented). Tujuan kurikulum yang menekankan pada
pegembangan pribadi atau model humanistik (child
centered). Tujuan kurikulum yang menekankan pada upaya perbaikan kehidupan
masyarakat (society centered).
Dengan merujuk pada
tujuan kurikulum di atas, maka sumber-sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam
pengembangan kurikulum, menurut Tyler, yaitu pandangan dan pertimbangan para
ahli disiplin ilmu, individu anak (sebagai siswa), dan
kehidupan sosial kontemporer.
Dalam praktik, pemisahan
tegas seperti di atas tidak ada. Ketiga hal tersebut menyatu meskipun
mungkin ada salah satu karakter yang lebih dominan.
2. Menentukan
Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar yaitu
aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan bagaimana siswa
mereaksi terhadap lingkungan. Pengalaman belajar tidak identik dengan isi
pelajaran, namun secara inhern dalam
pengalaman belajar ini sudah mecakup bahan pelajaran apa yang harus dipelajari
siswa.
Ada
beberapa prinsip yang harus dipegang dalam menentukan pengalaman belajar ini,
yaitu:
1.
Harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
2.
Setiap pengalaman belajar harus memuaskan
siswa (senang dalam melakukannya dan sesuai dengan perkembangan siswa).
3.
Setiap rancangan pengalaman belajar
sebaiknya melibatkan siswa.
4.
Satu pengalaman belajar bisa mencapai
lebih dari satu tujuan.
3.
Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar bisa
dibuat dalam bentuk mata pelajaran atau berupa program.Sedangkan jenis pengorganisasian
pengalaman belajar bisa secara vetikal atau secara horizontal.Secara vertikal
artinya, satu jenis pengalaman belajar di lakukan dalam berbagai tingkat kelas
yang berbeda.Dengan maksud untuk mengulang-ulang jenis pengalaman belajar
tersebut. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal yaitu menghubungkan
pengalaman belajar dalam satu bidang kajian (mata pelajaran) dengan pengalaman
belajar bidang kajian lain yang masih dalam satu tingkat (kelas).
Tyler mengajukan tiga
prinsip untuk mengorganisasi pengalaman belajar agar efektif yaitu
kesinambungan (contiuity), urutan isi (sequence), integrasi (integraton).
Kesinambungan berarti
adanya pengulangan yang terus menerus jenis pengalaman belajar untuk membentuk
kemampuan yang ingin dibentuk pada siswa. Contoh, salah tujuan IPS adalah
membentuk kemampuan membaca materi IPS merupakan tujuan yang dipandang
sangat penting, maka pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan ini harus
diulang-ulang dengan cara yang sama. Kesinambungan merupakan faktor penting dalam
organisasi secara vertikal.
Urutan isi, diorganisasi
sehingga adanya penambahan kedalaman dan keluasan bahan dengan disesuaikan
dengan tingkat kemampuan/perkembangan siswa.Juga adanya urutan dari yang mudah
menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks.
Integrasi, yaitu pokok
bahasan dalam satu mata pelajaran satu dikaitkan dengan mata pelajaran lainnya
sehingga adanya pemahaman yang terintegrasi (holistik).Misalnya dalam
pengalaman belajar dalam bidang matematika bisa dikaitkan dan membantu dalam
mata pelajaran ekonomi.
4. Menentukan
Evaluasi
Evaluasi untuk
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pencapaian tujuan. Adapun
kriteria ketercapaian tujuan ini
dengan melihat apaka telah
terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sesuai dengan tujuan yan gingin
dicapai. Penilaian sebaiknya dilakukan menggunakan lebih dari satu cara. Dalam
hal ini menganjurkan agar dilakukan dilakukan melalui pre tes dan pos tes.
Fungsi dari penilaian dimaksudkan
untuk melihat tingkat ketercapaian siswa dalam menguasai pelajaran/perubahan
tingkah laku (fungsi sumatif), dan
untuk melihat sejauhmana efektivitas proses pendidikan untuk mencapai tujuan
(fungsi formatif).
2. Model Zais
Dalam model Zais lebih menekankan kepada
dari mana inisiatif bermula, siapa personil yang terlibat, bagaimana kedudukan
personil serta keputusan apa yang diambil oleh personal tersebut. Berdasarkan
pada pemikiran tersebut, dengan merujuk pada pembagian model pengembangan
kurikulum dari Stanley, Smith, dan Shores, Zais menjelaskan tiga model
pengembangan kurikulum yaitu :
a. Model
administrati
b. Model
akar rumput (grass root)
c. Modeldemonstrasi.
a. Model
Adiministrasi
Dalam
model administratif atau top down model, inisiatif pengembangan kurikulum
datang dari pihak pejabat (administrator) pendidikan.Begitu pula dalam kegiatan
penunjukkan orang-orang yang terlibat di dalamnya beserta tugas-tugasnya dalam
pengembangan kurikulum ditentukan oleh administrator.Dengan menggunakan sistem
garis komando selanjutnya hasil pengembangan kurikulum disebarluaskan untuk
diterapkan di sekolah-sekolah.Karena model ini menggunakan garis komando dalam
kegiatannya, maka model ini disebut pula dengan istilah line staff model.
Prosedur
kerja model ini yaitu :
·
Membentuk tim/panitia pengarah (steering
committee). Anggota dari tim ini ditentukan oleh pejabat pendidikan yang
berwenang. Tugas dari tim pengarah ini yaitu merumuskan konsep dasar kurikulum,
menetapkan garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, serta
menetapkan tujuan umum pendidikan. Anggota dari tim pengarah ini terdiri para
pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang studi, serta para tokoh dari
dunia kerja lainnya.
·
Membentuk tim/panitia kerja (worker committee) untuk menjabarkan
kebijakan umum yang telah disusun oleh panitia pengarah, yaitu merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih
dan menyusun urutan bahan pelajaran, memilih strategi pembelajaran beserta alat
evaluasi yang harus digunakan, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum bagi
guru. Angota dari panitia kerja ini yaitu para ahli kurikulum, ahli disiplin
ilmu dari perguruan tinggi, ditambah guru-guru yang pengalaman dan memiliki reputasi dan prestasibaik.
·
Hasil kerja dari tim atau penitia kerja
ini selanjutnya diserahkan kepada pantia di atasnya, yaitu panitia
pengarah/perumus bahkan pihak pejabat bisa membentuk panitia penilai khusus
untuk mempertimbangkan dan menilai hasil kerja tim kerja. Setalah kegiatan ini selesai, jika dianggap perlu
kurikulum yang telah dinilai itu diujicobakan terlebih dahulu. Hasil dari uji
coba ini bis adijadikan masukan bagi perbaikan dan revisi-revisi tertentu.
·
Penyebarluasan dan penerapan kurikulum di
sekolah-sekolah dengan memakai kebijakan dari pihak berwenang, agar kurikulum
bisa digunakan.
b. Model
Grass Root
Model
grass root kebalikan dari model administratif. Inisitif dan kegiatan
pengembangan kurikulum datang dari guru, baik pada level ruang kelas
maupun pada level
sekolah. Inisiatif ini
muncul biasanya dikarenankanoleh keresahan atau ketidakpuasan
guru terhadap kurikulum yang berjalan, selanjutnya para guru berupaya
mengadakan inovasi terhadap kurikulum yan gsedang berjalan. Dalam model
pengembangan kurikulum ini, peran administrator tidak dominan. Administrator
lebih menonjol sebagai motivator dan
fasilitator. Jika memang para administrator setuju dengan gerakan para guru. Namun jika upaya pembaharuan para guru
itu tida disetujui maka adminitrator bisa menjadi penghalang upaya inovasi guru.
Model
grass root ini hanya mungkin dilaksanakan di negara yang menerapkan sistem
desentralisasi pendidikan secara murni.Serta adanya kemampuan serta komitmen
guru yang baik terhadap pendidikan.
c. Model
Demonstrasi
Pengembangan
kurikulum ini pada dasarnya datang dari bawah (grass roots), semula merupakan
suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnnya digunakan
dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan
atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu.Menurut Smith, Stanley, dan
Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama, sekelompok guru dari
satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan tunjuk untuk
melaksanakan suatu ujicoba atau
eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit ini melakukan suatu proyek melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum.
Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat
digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih luas. Pengembangan model
ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan dilaksanakan oleh
kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum. Kedua,
dari beberapa orang guru yang merasa
kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian guru–guru tersebut
mengadakan eksperimen, uji coba dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Pada dasarnya guru-guru
tersebut.mencobakan yang dianggap belum ada dan merupakan suatu inovasi
terhadap kurikulum, sehingga berbeda dengan pengembangan kurikulum yang
berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum yang lebih baik dari
yang ada.
Ada
beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah
1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses
yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah, 2) perubahan kurikulum dalam skala
kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh
pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas
dan komplek, 3) hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan
di lapangan, 4) model ini akan
menggerakan inisiatif, kreativitas guru-guru serta meberdayakan sumber-sumber
administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan
program yang baru.
3. Model Beauchamp
Beauchamp
menetapkan lima langkah dalam pengembangan
kurikulum,
yaitu
:
a. Menetapkan
arena atau wilayah dimana kurikulum itu diperuntukkan. Wilayah ini bisa
mencakup satu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, atau Negara.
b. Menetapkan
orang-orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum, serta tugas-tugas
dan peran yang akan dilakukannya. Dalam hal ini dianjurkan melibatkan
masyarakat profesional dan masyarakat biasa yang dianggap akan memberikan
kontribusi dalam pengembangan kurikulum. Para profesional meliputi pengembang
kurikulum, guru, ahli bidang studi pihak
pusat pengembang kurikulum .
c. Menetapkan
prosedur yang akan ditempuh. Yaitu dalam penetapan dan perumusan tujuan umum
dan khusus, memililih isi dan pengalaman belajar, serta menetapkan jenis dan
alat evaluasi. Keseluruhan prosedur tersebut dibagi ke dalam lima
langkah,yaitu:
1. Membentuktimpengembangkurikulum(curriuculumcouncil).
2. Melakukan
penilaian terhadap kurikulum yang sedangberjalan.
3. Studi
tentang alternatif isi kurikulumbaru.
4. Merumuskan
dan menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk menentukan apa saja yang akan
tercakup dalam kurikulumbaru.
5. Perancangan
dan penulisan kurikulumbaru.
d. Implementasi
Kurikulum. Untuk suksesnya penerapan kurikulum baru perlu adanya dukungan
sumber daya yang memadai diantaranya pemahaman guru yang baik terhadap
kurikulum baru, sarana dan prasarana, anggaran keuangan yang memadai, manajemen
sekolah dan sebagainya.
e. Evaluasi
Kurikulum. Evaluasi ini meliputi:
1. Evaluasi
pelaksanaan kurikulum oleh guru di sekolah
2. Evaluasi
terhadap desain kurikulum
3. Evaluasi
keberhasilan anak didik, dan,
4. Evaluasi
sistem rekayasa kurikulum.
4.
Model
Taba
Model
ini merupakan modifikasi dari model Tyler, modifikasi tersebut terutama
penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru
merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan
unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
b.
Menguji unit eksperimen
c.
Mengadakan revisi dan konsolidasi
d.
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
e.
Implementasi dan desiminasi
5.
Model
Miller-Seller
Pengembangan kurikulum
ini ada perbedaan dengan model-model sebelumnya.Model pengembangan kurikulum
Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi
(Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson) yang terdiri dari beberapa
komponen.
A.
Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah
pertama yang ditempuh Miller-Seller yang dianggap penting adalah menguji dan
mengklarifikasi orientasi pandangan filosofis dan sosialnya.Orientasi ini
merefleksikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap kurikulum
yang seharusnya dikembangkan.Klarifikasi orientasi kurikulum berdasarkan pada
transmisi, transaksi, dan transformasi.
B.
Pengembangan Tujuan
Setelah
melakukan klarifikasi orientasi kurikulum langkah berikutnya adalah
mengembangkan tujuan-tujuan umum (aims) dan mengembangkan tujuan khusus
berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan
pandangan oranga (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan
pengembangan merupakan tujuan yang masih relatif umum.Oleh karena itu, perlu
dikembangkan tujuan- tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
C.
Identifikasi Model Mengajar
Indentifikasi
model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi
kurikulum. Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi
mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi
kurikulum. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:
a.
Disesuaikan berdasarkan seluruh tujuan
umum maupun tujuan khusus
b.
Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan
siswa
c.
Guru yang menerapkan kurikulum ini harus
sudah memahami secara utuh, sudah dilatih, dan mendukung model.
d.
Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam
pengembangan model.
D.
Implementasi
Langkah
ini merupakan langkah penerapan kurikulum berdasarkan pada langkah-langkah
sebelumnya. Implementasi sebaiknya harus dilaksanakan berdasarkan
komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan
profesional, penetapan waktu, komunikasi dan sistem monitoring. Langkah ini
merupakan langkah akhir dalam pengembangan kurikulum ini.Prosedur orientasi
yang dibakukan pada umumnya tidak sesuai dengan kurikulum tranformasi, sebaliknya
kurikulum transmisi pada umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur
dalam menilai kesesuaian antara pengalaman-pengalaman, strategi belajar dan
tujuan pendidikan.
6.
The
Demonstartion Model
Model ini dikembangkan
untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil.Dalam
pelaksanaanya, model ini menuntut para guru dalam satu sekolah untuk
mengorganisasikan dirinya dalam memperbaruhi kurikulum.Model demonstrasi dapat
dilaksanakan baik secara formal maupun tidak formal. Keuntunagn model demontrasi
antara lain :
a.
Disebabkan kurikulum yang dihasilkan telah
melalui ujicoba dalam praktik yang nyata, maka dapat memberikan alternatif yang
dapat bekerja.
b. Perubahan
kurikulum pada bagian tertentu cenderung lebih mudah disepakati dan diterima
daripada perubahan secara keseluruhan.
c. Mudah
untuk mengatasi hambatan.
d. Menempatkan
guru sebagai penagmbil inisiatif dan narasumber sehingga para administrator
dapat mengarahkan minat dan kebutuhan guru untuk mengembangkan program-program
baru.
Kelemahan utama model ini adalah
dapat menghasilkan antagonism guru. Guru-guru yang tidak terlibat dalam proses
pengembangan cenderung bersikap apatis, tidak percaya dan cemburu. Akibatnya,
mereka akan menerima kurikulum baru itu dengan setengah hati
7.
Roger's
Interpersonal Relations Model
Model ini berasal dari
seorang psikolog Carl Rogers.Dia berasumsi bahwa "kurikulum diperlukan
dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes daan adaptif terhadaap
situsi perubahan." Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan
oleh pendidik yang berpengalaman, luwes dan berorientasi pada proses.
Langkah-langkah dalam
model ini adalah sebagai berikut :
1)
Memilih suatu sasaran administrator
dalam sistem pendidikan dengan syarat bahwa individu yang terlibat hendaknya
ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok secara intensif agar mereka
dapat berkenalan secara akrab.
2)
Mengikutsertakan guru-guru dalam
pengalaman kelompok secara intensif.
3)
Mengikutsertakan unit kelas dalam
pertemuan lima hari.
4)
Menyelenggarakan pertemuan secara
interpersonal antara administrator, guru dan orangtua peserta didik.
5)
Pertemuan vertical yang mendobrak
hierarki, birokrasi dan situs sosial.
8. The Systematic Action-Reasearch Model
Tiga
faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah adanya
hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu.
Langkah-langkah dalam model ini antara lain :
a. Merasakan
adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara
mendalam.
b. Mengidentifikasi
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
c. Merencanakan
secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya.
d. Menentukan
keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan dengan masalah
tersebut.
e. Melaksanakan
keputusan yang diambil dan menjalankan rencana yang isusun.
f.
Mencari fakta secara meluas
g. Menilai
tentang kekuatan dan kelemahannya.
9.
Emerging
Technical Model
Model teknologis ini
terdiri dari tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku, model
analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.
1.
Model analisis tingkah laku memulai
kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan anak mulai dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks secara bertahap.
2. Model
analisis sistem memulai kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan
secara khusus (output), kemudian menyusun alat-alat ukur untuk menilai
keberhasilannya, kemudian mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.
3. Model
berdasarkan komputer memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi unit-unit
kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan pembelajaran khususnya.
3. Analisis Terhadap Model-Model Pengembangan
Kurikulum
Ada tiga faktor yang digunakan untuk
menganalisis model-model pengembangan tersebut menurut Zainal Arifin (2011)
dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, yaitu :
a.
Penekanan pada suatu titik pandangan tertentu.
b.
Keuntungan keuntungan yang diperoleh melalui model tersebut
c.
Kekurangan-kekurangannya.
Pada model administratif penekanan
diberikan pada orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum dengan
uraian tugas dan fungsinya masing-masing, disamping pengarahan kegiatan yang
bercirikan dari atas ke bawah.Kekurangannya terletak pada kurangnya dampak
perubahan kurikulum, karena hasil kegiatannya seolah-olah dilaksanakan dari
atas tanpa memperhatikan people change.Titik pandangan model dari bawah
diletakkan pada pengembangan kurikulum yang diselenggarakan secara demokratis
yaitu dari bawah.
Keuntungannya yaitu proses pengambilan
keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan banyak pihak dari
bawah, yaitu guru-guru. Berdasarkan hal itu, maka terbukalah tirai broken front
sebagaimana lazim ditemui apabila pembaruan kurikulum disodorkan dari
atas.Kekurangan yang paling menonjol model ini mengabaikaan segi teknis dan
professional tentang kurikulum.
Model demonstrasi jelas mengutamakan
pemberian contoh dan teladan yang baik dengan harapan agar yang
didemonstrasikan akan diadopsi oleh guru/sekolah lain. Keuntungannya terletak
pada suatu segmen kurikulum yang panjang dan tetunya sudah melalui testing
sehingga terjamin akurasi dan validitasnya.Sebagaimana model dari bawah, maka
model ini juga menembus broken front.Ekses yang timbul dari model ini adalah
guru-guru yang tidak ikut serta dalam pengembangan kurikulum bisa menentang
gagasan-gagasan yang telah dihasilkan.
Model beachamp melihat dari segi
keseluruhan proses kurikulum. Keuntungan yang menonjol adalah penegasan arena
sehingga mudah dan jelaslah rung lingkup kegiatan. Kerugiannya sama dengan
model top down.
Model terbalik Hilda Taba mendekatkan
kurikulum dengan realitas pelaksanaannya melalui pengujian terlebih dahulu oleh
guru-guru professional.Model ini sungguh mengintegrasikan teori dengan praktik,
tetapi sulit mengorganisasikannya karena memerlukan kemampuan teoritis dan
profesionalan yang tinggi.Model hubungan interpersonal dari Roger mengutamakan
hubungan antarpribadi dengan harapan dapat menghasilkan beberapa penerapan
kurikulum yang lebih luas dan sukses.Model ini mendekatkan permasalahan dengan para
pelaksanannya sehingga memudahkan pemecahannya.
Model Action Reasearch mengutamakan
penelitian sistematis oleh orang lapangan tentang masalah-masalah
kurikulum.Kesukaran dari model ini adalah penerapannya memerluakan staf
professional khusus yang terlatih dalam penelitian dan dengan sendirinya dalam
pelaksanaanya memerlukan biaya yang tinggi.Model teknologisdiselenggarakan
secara sistematis dan dapat pula menjangkau kawasan yang luas.Meskipun
demikian, keahlian serta spesialisasi professional merupakan penghambat bila
model ini digunakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan pengembangan kurikulum
yaitu Pendekatan Kompetensi (Competency Approach), Pendekatan Sistem
(System Approach), Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach), Pendekatan
Komprehensif (Comprehensive Approach), Pendekatan yang Berpusat pada Masalah
(Problem-Centered Approach), Pendekatan Terpadu.
Model-model
pengembangan kurikulum The Administrative (Line Staff) Model, The
Grass-Roots Model, The Demonstartion Model, Beauchamp's System Model, Taba's
Inverted Model, Roger's Interpersonal Relations Model, The Systematic
Action-Reasearch Model, Emerging Technical Model.
Analisis terhadap
model-model pengembangan kurikulum penekanan pada suatu titik pandangan
tertentu, Keuntungan keuntungan yang diperoleh melalui model tersebut dan
Kekurangan-kekurangannya.
B.
Saran
Adanya model-model pengembangan kurikulum
tersebut memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurkulum. Dengan
mempelajari model-model pengembangan kurikulum makan dalam kegiatan
pengembangan kurikulum akan terasa mudah. Pada saat ini banyak ahli yang
mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum, tetapi setiap model
pengembangan memiliki karakteristik yang berbeda.Oleh sebab itu, pemilihan
suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan system
pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan
model pegembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal. 2011. Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda
Dakir.
2004. Perencanaan dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik,
Oemar. 2007. Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda
Idi,
Abdullah. 2007.Pengembangan Kurikulum :
Teori dan Praktek. Jakarta: Ar-ruzz
Mulyasa,
E. 2005. Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya
Nana
Syaodih Sukmadinata.(2006). Metode
Penelitian Tindakan. Bandung: Remaja Rosda Kary
Ruhimat,
Toto, dkk. 2012. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
0 Komentar untuk "Makalah Telaah Kurikulum Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum"