Risqi Irvani Wulandari*
|
Kelas A / Pendidikan Biologi
|
Abstract: Percobaan ini bertujuan
untuk mengamati pengerutan dinding sel
dan membran sel pada biji benguk dalam
larutan Hipertonik beda
konsentrasi. Percobaan
menggunakan faktor perbedaan konsentrasi berupa presentase larutan garam (25%,
30%, dan 35%). Parameter yang diamati dalam percobaan ini
adalah perubahan dinding sel dan membran sel pada biji benguk selama 30 menit, 60
menit, 90 menit, dan 120 menit. Percobaan
dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Hasil percobaan tidak menunjukkan bahwa pengerutan terjadi pada biji yang dimasukkan
pada larutan garam konsentrasi 25%, 30%, dan 35% pada menit ke 60.
Keywords: Krenasi, Konsentrasi Garam, Mengerut, Membran Sel, Biji Benguk
1. PENDAHULUAN
Dasar Teori
Krenasi
adalah peristiwa pengerutan sel yang dapat menyebabkan sel tidak berfungsi lagi
(Kuswandi, 2013).
Pengerutan
sel tersebut disebabkan oleh keadaan sel yang berada di dalam larutan Hipertonik,
sehingga terjadi gerakan osmotik dari
air melalui dinding sel ke arah larutan yang berkonsentrasi kadar garam tinggi (Aminah, Rosmayati, & Siregar, 2013).
Peristiwa krenasi terjadi karena proses osmosis yang berlanjut. Osmosis
menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, dengan keluarnya air menyebabkan
sitoplasma berkurang volumenya. Keadaan kadar air yang turun secara drastis
akan mengakibatkan sel mengecil dan mengerut.
Percobaan
krenasi dapat dilakukan dengan menggunakan biji benguk yang dimasukkan dalam
larutan garam. Garam adalah benda padatan bewarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan sebagian besar terdiri dari Natrium Chlorida
(>80%), serta senyawa-senyawa lain seperti Magnesium Chlorida, Magnesium
Sulfat, Calsium Chlorida. Garam mempunyai sifat karakteristik hidroskopis yang
berarti mudah menyerap air, dengan tingkat kepadatan sebesar 0,8 – 0,9 dan
titik lebur pada tingkat suhu 801oC (Herman &
Joetra, 2015). Larutan garam dapat digunakan untuk meningkatkan tekanan osmotic
sehingga menyebabkan kehilangan air semakin cepat.
Biji benguk memiliki kadar air dengan berbagai variasi lama fermentasi
dan variasi pengecilan ukuran, antara 6,94% - 27,48%. Pada fermentasi 0 jam biji
benguk utuh mempunyai kadar air sejumlah 27,48 % (Anam, Handayani, & Rokhmah, 2010).
Rumusan Masalah
Apakah terjadi perubahan pada
dinding sel dan membran sel biji benguk dalam larutan Hipertonik beda
konsentrasi.
Tujuan
Mengamati perubahan pada
dinding sel dan membran sel biji bengguk dalam larutan Hipertonik beda
konsentrasi.
Hipotesis
Ada perubahan pada dinding sel
dan membran sel biji benguk dalam larutan Hipertonik beda konsentrasi.
2. BAHAN
DAN METODE
Percobaan dilakukan di laboratorium KKC gedung D FKIP UNS pada hari
Minggu tanggal 24 September 2017.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum berupa 18 biji benguk dan
90 gr garam dapur (untuk konsentrasi 25%, 30%, dan 35%), 300
mL aquades (100 mL untuk melarutkan garam 25%, 100 mL untuk melarutkanan garam
30%, dan 100 mL untuk melarutkan garam 35%).
Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum berupa gelas beker sebanyak
3 buah yang berfungsi sebagai tempat untuk melarutkan garam, pengaduk untuk
menghomogenkan larutan garam, gelas ukur untuk mengukur volume aquades dan
larutan yang digunakan, gelas cup sebanyak 9 buah sebagai tempat larutan garam
dengan presentase yang berbeda-beda dan biji yang diamati, dan neraca digunakan
untuk menimbang bahan yang digunakan untuk menimbang jumlah garam sesuai yang
dibutuhkan.
Langkah kerja dalam praktikum yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan. Melabeli gelas cup dengan kode 25% sejumlah 3 cup (1), (2), (3),
kode 30% sejumlah 3 cup (1), (2), (3), serta kode 35% juga sejumlah 3 cup (1),
(2), (3).
Membuat 3 larutan garam dengan presentase 25%, 30%, dan 35% masing-masing
dalam 100 mL aquades. Larutan garam 25% dibuat dengan mencampurkan 25 gram NaCl
ke dalam 100 mL aquades. Larutan garam 30% dibuat dengan mencampurkan 30 gram garam
ke dalam 100 mL aquades. Larutan garam 35% dibuat dengan mencampurkan 35 gram garam
ke dalam 100 mL aquades. Mengukur masing-masing larutan NaCl sebanyak 30 mL
menggunakan gelas ukur, kemudian menuangkan ke dalam gelas cup yang telah
dilabeli sesuai dengan konsentrasi larutan garam. Larutan garam 25% dituangkan
pada gelas cup kode 25% sejumlah 3 gelas cup masing-masing 30 mL, begitu pula
dengan larutan garam konsentrasi 30% dan 35% sehinga sampai diperoleh 9 gelas
cup. Memasukkan biji benguk pada masing-masing gelas beker sebanyak 2 biji dan
mengamati perubahan pada membran sel dan dinding sel. Mencatat data yang diperoleh
pada tabel pengamatan.
Pengamatan pada percobaan ini dilakukan dengan cara mengamati keadaan membran
sel dan dinding sel setiap 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit.
3. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Percobaan ini menggambarkan proses peristiwa krenasi dengan menggunakan
biji benguk yang dimasukkan pada larutan garam dalam berbagai presentase, yaitu
larutan garam 25%, larutan garam 30%, dan larutan garam 35%.
Percobaan menggunakan garam dapur yang merupakan perpaudan antara NaCl
dengan iodium. Menambahkan NaCl ke larutan menghasilkan peningkatan gradien tekanan
osmotik sehingga menyebabkan nilai kehilangan air menjadi lebih tinggi selama
periode osmosis (Antonio, Azoubel, Elizabeth, Murr, & Park, 2008).
Selain itu, konsentrasi NaCl yang
tinggi meningkatkan kadar Na+ di dalam sel, sehingga air dalam sel
bergerak keluar menuju larutan yang memiliki konsentrasi
lebih tinggi (Bariyyah, 2015).
Hasil Pengamatan Peristiwa Krenasi
Biji Benguk dalam Larutan Hipertonik Beda Konsentrasi
Hasil pengamatan peristiwa krenasi biji benguk dalam larutan Hipertonik
beda konsentrasi yang diamati setiap 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120
menit adalah sebagai berikut.
Jenis
larutan
|
Keadaan
sebelum perendaman
|
Keadaan
sesudah perendaman
|
|||
Waktu (menit)
|
P1
|
P2
|
P3
|
||
Larutan
garam 25%
|
X
|
30
|
X
|
X
|
X
|
X
|
60
|
O
|
X
|
X
|
|
X
|
90
|
O
|
X
|
X
|
|
X
|
120
|
O
|
X
|
X
|
|
Larutan
garam 30%
|
X
|
30
|
X
|
X
|
X
|
X
|
60
|
O
|
X
|
X
|
|
X
|
90
|
O
|
X
|
X
|
|
X
|
120
|
O
|
X
|
X
|
|
Larutan
garam 35%
|
X
|
30
|
X
|
X
|
X
|
X
|
60
|
O
|
X
|
X
|
|
X
|
90
|
O
|
X
|
X
|
|
X
|
120
|
O
|
X
|
X
|
Tabel
1 Perubahan bentuk dinding sel dan membran sel biji benguk pada larutan garam
25%, 30%, dan 35%
Keterangan
:
O Mengerut
X Tidak mengerut
Tabel 1 menunjukkan
proses krenasi yang terjadi pada biji benguk (Mucuna pruriens) yang direndam dalam larutan garam dengan berbagai
konsentrasi (25%, 30%, dan 35%). Larutan garam 25% menunjukkan adanya
pengerutan biji benguk pada pengulangan pertama yang teramati pada menit ke 60.
Pengulangan kedua dan ketiga baik pada menit 30, 60, 90, dan 120 tidak ada yang
mengindikasikan terjadinya pengerutan pada biji benguk.
Larutan
garam 30% juga menunjukkan adanya
pengerutan pada biji benguk hanya pada pengulangan pertama yaitu teramati pada
pengamatan menit ke 60. Pengulangan kedua dan ketiga belum menunjukkan adanya
pengerutan biji sampai menit ke 120.
Larutan
garam 35% juga menunjukkan hal yang sama. Pengerutan biji benguk hanya terjadi
pada pengulangan pertama yang teramati pada menit ke 60. Pengulangan kedua dan
ketiga tidak menunjukkan adanya pengerutan biji hingga menit ke 120.
Gambar 1.
Proses krenasi pada biji benguk dalam larutan garam konsentasi 25%, 30%, dan
35%
Peristiwa mengerutnya
biji benguk ini diduga disebabkan
adanya akumulasi ion Na+ dan Cl- dari larutan garam yang berlebihan di dalam
sel dan ketidakmampuan sel dalam mengatur konsentrasi ion di dalam sitoplasma
sehingga terjadi palsmolisis sel yaitu keluarnya air dari sel (Bariyyah, 2015).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa proses krenasi
terjadi pada biji benguk yang dimasukkan dalam larutan garam 25%, 30%, dan 35%
pada pengulangan pertama dan pengerutan sama-sama teramati pada menit ke 60.
Hal ini kurang sesuai dengan literatur yang ada, karena berdasarkan literatur semakin tinggi
konsentrasi larutan, semakin cepat proses osmosis (Yahya, 2015).
Osmosis menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, dengan keluarnya
air menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Keadaan kadar air yang turun
secara drastis akan mengakibatkan sel mengecil dan mengerut.
Kesalahan
pada percobaan kali ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
adalah kondisi fisik biji, beberapa biji benguk yang digunakan sebagai sampel
memiliki bentuk fisik yang buruk, sehingga sulit untuk mengalami proses krenasi
ketika dimasukkan ke dalam larutan garam.
Seharusnya
apabila terdapat dua larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut yang
berbeda dipisahkan oleh suatu membran semipermiable, maka akan terjadi
perpindahan air dari larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi zat terlarut
yang lebih rendah) ke larutan hipertonik (larutan dengan konsenrasi zat yang
lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan pengerutan sel (Yahya, 2015).
4. SIMPULAN
Berdasarkan peristiwa krenasi biji benguk dalam larutan hipertonik beda
konsentrasi pengerutan terjadi pada biji yang dimasukkan pada larutan garam
konsentrasi 25%, 30%, dan 35% pada menit ke 60. Hal tersebut tidak sesuai
dengan literatur, seharusnya semakin tinggi konsentrasi larutan garam, semakin
cepat pula terjadinya peristiwa krenasi.
UCAPAN
TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Tuhan YME, kedua orgtua, dosen pembimbing,
teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
percobaan dan pembuatan paper ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminah, S., Rosmayati,
& Siregar, L. A. M. (2013). Seleksi Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merril)
Generasi F3 pada Tanah Salin. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(3),
40–50.
Anam, C., Handayani, S.,
& Rokhmah, L. N. (2010). Study of Phytic Acid and Protein Contents During
Velvet Beans Tempeh Production (Mucuna pruriens,L) with Variation of Size
Reduction and Fermentation Time. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, III(1),
34–43.
Antonio, G. C., Azoubel,
P. M., Elizabeth, F., Murr, X., & Park, K. J. (2008). Osmotic dehydration
of sweet potato ( Ipomoea batatas ) in ternary solutions. Ciência E
Tecnologia de Alimentos, 28(3), 696–701.
Bariyyah, K. (2015).
Pengaruh NaCl Terhadap Kalus Tebu Varietas Bululawang. Jurnal Agroekotek,
7(3), 1–5.
Herman, & Joetra, W.
(2015). Pengaruh Garam Dapur ( NaCl ) terhadap Kembang Susut Tanah. Jurnal
Momentum, 17(1), 13–20.
Kuswandi, A. (2013).
Efektivitas Kompres Iodin Terhadap Zona Hambat Staphylococcus aureus pada Ulcus
Diabetikum. Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(3), 139–144.
Yahya. (2015). Perbedaan
Tingkat Laju Osmosis antara Umbi Solanum tuberosum dan Doucus carota. Jurnal
Biology Education, 4(1), 196–206.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Tag :
study
0 Komentar untuk "PERISTIWA KRENASI BIJI BENGUK DALAM LARUTAN HIPERTONIK BEDA KONSENTRASI"